Dear pihak-pihak terkait Lion Air
dan Angkasa Pura 2, tulisan ini hanya review dari pengalaman saya. Jangan
baper ya, he he he.
Beberapa hari yang lalu saya
terbang Jakarta-Lombok-Bali menggunakan Lion Air, dan bisa dibilang itu adalah
pengalaman yang kurang menyenangkan. Memang sudah banyak sekali cerita mengenai
betapa buruknya manajemen maskapai penerbangan tersebut, saya sampai heran sendiri. Berhubung saya belum pernah
naik Lion Air sebelumnya, saya hanya bisa mempersiapkan mental sebelum berangkat. Agak sedikit mengeluh ketika tiket sudah di tangan, namun mau apa lagi?
Hanya Lion Air maskapai penerbangan dengan harga murah-meriah (sudah termasuk bagasi) yang terbang
langsung ke Lombok (dan tujuan lain di Indonesia) dengan jadwal yang
bervariasi. Karena itulah para pelanggan masih bertahan dengan maskapai
tersebut walaupun dalam hati sudah dongkol setengah mati.
Jam 7 pagi saya sudah berada di bandara Soekarno Hatta terminal
1A. Agak dibuat berdecak “kagum” oleh maskapai singa terbang satu ini dari
keberangkatan (CGK) sampai kedatangan (LOP).
1. Security Staff
Saya berangkat lewat gate A8. Di
dalam boarding room hanya ada dua staf yang berjaga, itu pun mereka hanya
duduk dan mengobrol. WOW. Tidak ada pengecekan KTP sama sekali, tidak ada staf yang berjaga di gate. DOUBLE WOW. Being an avgeek who got a chance to take loads of pictures of apron and tarmac, saya bebas bolak-balik masuk ke gate
tanpa ada yang menegur. Seriously, nobody was there!! Kalau ada penumpang iseng
turun lewat tangga dan masuk ke apron kan bahaya. Sampai sekitar 30 menit
kemudian ada petugas yang lewat, lalu saya disuruh masuk he he. Itu pun dia
hanya lewat sebentar, tidak lama setelah itu dia sudah menghilang dari pandangan. Hmm, jadi ini kelalaian
Angkasa Pura 2 atau Lion Air?
2. Delayed Flight
Obviously, as expected from JT;
raJa Telat. Or LION: Late is Our Nature. Ada yang bilang, “dari dulu kalau saya pegang tiket Lion Air
kayaknya gak pernah on time.” Boarding time dijadwalkan pukul 08.35 WIB, tapi
sampai jam 08.50 WIB masih belum ada panggilan untuk boarding. Pada jam 09.00 WIB diumumkan kalau pesawat delay karena alasan operasional. Tadinya saya mau
tanya soal kompensasi, eh petugas yang berjaga menghilang dari kursi mereka. Yasudah, toh saya sudah sarapan (memang ini agak egois). Kira-kira pukul 10.00 WIB kami meninggalkan Jakarta menuju Lombok, sampai di sana pukul 13.00 WITA dan lapar sudah melanda. Terbang dengan maskapai ini sangat tidak disarankan untuk kepentingan bisnis. Untuk
kompensasi, berikut ini hak para penumpang jika pesawat delayed. Jangan lupa ditagih, ini hak penumpang lho.
 |
| credit: http://chirpstory.com/li/252920 |
3. Double Seat
Saya sudah sering mendengar
cerita tentang nomor seat yang sama di boarding pass yang berbeda untuk pesawat
Lion Air. Kali ini saya melihat sendiri kalau cerita tersebut bukanlah rumor
belaka. Wow, bahkan nomor kursi bioskop tidak pernah diprint dua kali. Mbak
pramugarinya agak bingung sebentar, lalu menyuruh si bapak untuk duduk di
tempat lain. Alhamdulillah tidak disuruh turun ya pak. Alhamdulillah tidak kena
semprot si bapak ya mbak. Wajah mbak pramugarinya kira-kira mengekspresikan,
“hampiiiir aja gue kena masalah.” Well, kind of. Saya hanya senyum-senyum
sendiri melihat wajah mbak itu. Sorry mbak, I suggest you to learn acting.
4. Cabin Condition
Fleet Lion Air kebanyakan Boeing
737-900 ER. Saya masih ingat launching-nya dulu di salah satu stasiun televisi swasta
ketika saya masih duduk di bangku SMP. Kursinya sih menurut saya lebih nyaman daripada A320
yang entah kenapa selalu membuat leher saya pegal. Leg room-nya sedikit lebih
sempit dari A320, but I have no problem with that selama leher saya bersandar dengan nyaman. Saya dapat kursi window seat
(yayy for that!!). Belum lama saya berbahagia menengok ke luar jendela, saya
melihat permen karet menempel di tempat yang lumayan tersembunyi sebelah kursi
saya (kode registrasi pesawatnya PK-LGL, seat 15F). Sampah plastik bisa
diambil, tapi kalau sampah permen karet menempel siapa yang mau membersihkan?
Please people, keep the board clean (add crying emoticon here).
 |
| welcome on board |
Lagi-lagi cerita tentang Lion Air
benar, kali ini mengenai kondisi kabin yang panas, sumpek, dan pengap. PENGAP
BANGET! Saya tidak tahu bagaimana kondisi kabin pesawat lain sebelum take off, tetapi yang satu ini memang panas. Pesawat diparkir di apron yang terletak di belakang
proyek sebelah terminal 3, jadi harus naik bus dulu dari gate A8 menuju pesawat.
Kondisi di luar sudah sangat panas, tapi begitu masuk pesawat malah bertambah
pengap. Saya kira saya bakal sesak nafas kalau masih harus ditunda
keberangkatannya. Saya pernah baca alasan dari pihak Lion Air kalau kondisi
kabin pesawat yang panas disebabkan oleh cahaya matahari, sama seperti kondisi
mobil yang terparkir di luar. Padahal penerbangan malam juga sama sumpeknya. Pesawat sengaja tidak didinginkan dengan alasan
menghemat bahan bakar. Di situ saya merasa sangat amat sedih, karena naik
pesawat sama panasnya dengan naik mobil tanpa AC. Kondisi kabin membaik ketika
sudah berada di ketinggian (IYALAH). Tetapi begitu sudah landing? Ya panas lagi
kabin pesawatnya. Apakah Low Cost Carrier juga termasuk memangkas pasokan oksigen para penumpang? Sepertinya harus naik full board dulu baru bisa membandingkan. Mari beri aamiin ramai-ramai supaya ada kesempatan naik Emirates A380 atau Qatar A350 (mangkak).
5. Food & Beverage
Lion Air tidak melakukan penjualan di pesawat baik makanan, minuman, ataupun merchandise. Di kantung kursi hanya ada majalah, petunjuk keselamatan, dan kumpulan doa. Tidak ada katalog penjualan dan tidak ada pramugari yang keliling untuk menawarkan makanan dan minuman. Mungkin anda bisa bawa makanan dan minuman seperlunya kalau penerbangan domestik. Untuk penerbangan internasional tidak boleh membawa cairan jenis apapun (cairan, gel, aerosol) di atas 100ml ke dalam kabin pesawat. Kalau bawa? Ya paling ditahan oleh petugas pada saat screening. He he.
6. Baggage Handling
Saya kurang paham penanganan
bagasi dilakukan oleh pihak bandara atau pihak maskapai, tapi yang jelas bagasi
merupakan tanggung jawab maskapai mulai dari check in counter sampai ke tangan
penumpang di bandara tujuan. Tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu bagasi
di conveyor belt, berhubung Lombok International Airport merupakan bandara
kecil. Tetapi ada banyak sekali koper yang rusak. Roda yang hilang, koper yang
pecah, dan sebagainya. Koper Ibu saya pecah bagian bawahnya. Bagaimana tidak rusak, koper-koper dilempar begitu saja
tanpa memikirkan perasaan pemiliknya. Tetapi kita tidak thau koper-koper tersebut hancur di
Soekarno Hatta atau di Lombok. Alhamdulillah koper saya strong
dan tidak ada barang berharga di dalamnya. Memang disarankan jangan pernah
menaruh barang berharga di dalam koper, ada banyak "tikus" bandara yang suka
mengambil barang bagasi.
Penerbangan Lombok-Bali pun tidak jauh berbeda. Delay karena pesawat belum datang (kali ini bertanya ke petugas mengenai kompensasi dan Alhamdulillah dapat snack berupa roti, bengbeng, dan air mineral), kondisi kabin yang panas sebelum take off dan setelah landing (dapat row belakang jadi harus antre agak lama untuk keluar dari pesawat sampai keringat mengucur deras padahal saat itu sudah malam). Agak terhibur karena Bandara Ngurah Rai sekarang sudah bagus dan nyaman sekali yayy!! Semoga terawat :D
Kenapa ya Lion Air tidak
mau bebenah diri? Padahal maskapai tersebut punya potensi besar jika
pelayanannya membaik, walaupun fasilitas yang diberikan tidak banyak. Sampai
saat ini kebanyakan orang memilih naik Lion Air karena harga tiketnya relatif murah dan banyak pilihan rute serta jadwal. Tetapi ketika mereka sudah membeli tiket dan terbang dengan Lion Air, yang keluar hanyalah keluhan dan
keluhan. Sedangkan pilihan lainnya adalah Garuda Indonesia yang harga tiketnya
selangit (full board, jangan ditanya kenapa harga tiketnya mahal). Peluang yang sangat disia-siakan.
Lama kelamaan pasti akan tertindas oleh Air Asia dan Citilink yang juga murah,
tetapi tidak murahan.
Bali-Jakarta terbang dengan Air Asia, and it's a complete different story.