Monday, June 15, 2015

Major Throwback


I was looking at my old picture, when I was around... 4 or 5 years old? Not sure. But well... I suddenly remember those days, when I was a kid. My brain suddenly did a major throwback to those kindergarten – elementary school days. Around 1997 – 2003? Those memories are not vivid anymore. But I kind of remember these scenes. These are the scenes that I remember it as the happiest moment in my childhood days, before the technology.

Dian kecil sering kena omel bapak karena (katanya) Dian kecil ini bandel sekali, sering main. Ya, Dian kecil ini kalau main (katanya) tidak kenal waktu. Dari habis pulang sekolah sampai Maghrib full time tidak di rumah. Saya ingat betul rasanya hanya saya yang dimarahi habis-habisan karena suka main sampai-sampai teman-teman kecil saya takut juga dengan bapak saya. Kalau di film-film ada karakter yang punya bapak galak, itu saya. Hehehe. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bersalah karena saya dulu sering main. Wajar kan anak kecil penasaran dengan dunia sekitar dan jadi eksplorasi dengan teman sebayanya? (membela diri)

Jam 2 siang biasanya Dian kecil sudah ada di rumah tetangga, entah tetangga depan rumah atau tetangga sebelah rumah. Bapak kerja, mama mengajar, kalau pun ada om atau tante di rumah entah bagaimana saya bisa melarikan diri untuk main. Tetapi tidak setiap hari saya melarikan diri, yang jelas saya memang suka main di luar rumah. Tetangga-tetangga dekat yang dulu sering main bersama kira-kira ada 10 orang lah. Kadang kurang, kadang lebih. Permainan yang lumayan sering dimainkan diantaranya itu:

1. Petak umpet
Saya suka main petak umpet, hehe. Dari tempat sembunyi yang dekat, sampai yang jauh. Entah bagaimana ceritanya dulu kalau main petak umpet bisa sampai entah kemana dan jadi mirip main kejar-kejaran. Kasihan juga sih yang jaga kalau dipikir-pikir. Pernah satu hari, waktu sudah menjelang Maghrib dan kita masih asik main petak umpet. Lalu kami tiba-tiba satu persatu disuruh pulang oleh orang tua masing-masing. Tetapi kita lupa bilang sama yang jaga. Jadilah dia masih mencari-cari kami yang sebenarnya sudah pulang ke rumah masing-masing hahaha. Lalu ada bekas luka di kaki saya karena jatuh ketika main petak umpet. Lukanya lumayan lebar, sembuhnya memakan waktu sekitar sebulan. Saya waktu itu tidak berhenti menangis walaupun sudah dikasih brownies dan disetelin lagu viva forever-nya spice girl oleh tante (browniesnya gosong, dia buat sendiri katanya).

2. Benteng
Saya juga suka main benteng, tapi kurang seru kalau yang main cuma sedikit. Pegang tembok lalu tiba-tiba “energy”-nya penuh dan lari mengejar musuh dari benteng sebelah, kalau musuh pegang “benteng”-nya otomatis energinya lebih banyak dan balik lari mengejar. Permainan selesai kalau kita berhasil memegang benteng lawan. Hahaha. Tempat saya main dulu, bentengnya ada tiang kayu rumah depan dan tembok batu. Saya paling sebal kalau dapat tembok kayu karena sering kesusuban (kemasukan kayu kecil di kulit).

3. Power Ranger
Waktu itu yang lumayan “nge-hits” adalah power ranger mighty morphin dan power ranger in space. Tapi rasanya saya baru agak mengerti ceritanya ketika setengah jalan mighty morphin season terakhir dan satu series power ranger in space. Karena teman main saya rata jumlahnya antara laki-laki dan perempuan, dan para lelaki tidak mungkin diajak main sailormoon, jadilah kita main power ranger (in space?). Dan kita pernah kekurangan orang, si pemeran ranger merah dan musuhnya adalah orang yang sama. Entah dia kadang perang sendiri, kadang si ranger merah dihipnotis musuh, ada saja idenya haha. Saya forever ranger kuning, karena tetangga sebelah forever maunya jadi ranger pink. Oke. Brand image saya juga bukan feminim, tetapi agak tomboy. Barbie saya rambutnya saya gunting cepak -_-

Banyak lagi mainan lainnya, tetapi kalau siang-siang biasanya saya suka main di rumah sebelah yang punya warung. Ngobrol, jaga warung, jajan, atau melakukan hal bodoh entah apa. Sampai pernah mencetin bel rumah orang lalu pergi. Atau menelpon mcd dan pesan semur jengkol, main lari-larian ketika jam solat tarawih, takbiran keliling, main di kebun sebelah, main di empang. Saya adalah anak rumahan yang tidak begitu rumahan juga sebenarnya. Kalau ada special occasion dan ada kesempatan main sampai malam ya saya main sampai malam, lupa juga dimarahin atau tidaknya setelah pulang. Pernah dikunci di luar rumah juga sepertinya. Duh saya memang totally anak matahari banget! (look at this dark skin tone) (looks good on me tho).

Masa kecil generasi 90an memang menyenangkan. Tidak ada teknologi, paling ada playstation atau sega (yang saya juga tidak terlalu suka mainnya). Ada komputer, tapi saya dulu entah kenapa takut dengan komputer. Seperti melihat benda aneh yang kalau disentuh bisa mendadak meledak. Rasanya main di lapangan itu lebih menyenangkan ketimbang jalan-jalan ke mall dengan orang tua. Yang membuat menyenangkan itu karena banyak teman sebayanya. Teman-teman, nanti kalau jadi orang tua, biarkan saja anak-anaknya main di luar rumah asal tidak melakukan hal negatif. Tapi zaman sudah banyak berubah sejak teknologi berkembang begitu pesatnya. Tempat main saya dulu sudah berganti menjadi rumah dan kontrakan, kejahatan sekarang ada dimana saja dengan modus yang bermacam-macam, pohon-pohon sudah tidak sebanyak dahulu, kartun-kartun jumlahnya berkurang pesat dan tontonan semakin tidak mendidik. Beruntunglah kita generasi 90an, anak lapangan.

Wow, saya bandel juga ya dulu. Semua berubah ketika saya sudah kelas 6 SD. Jadi main dengan perempuan dan mulai agak canggung kalau main dengan laki-laki. Kenal bedak, minyak wangi, hand body, kenal sisir hehe. Berubah dari anak-anak menjadi remaja kutu novel karena harry potter. Rasa menyenangkan ketika bermain lari-larian di luar perlahan memudar. Walaupun warna kulit tetap segini-segini juga hehe.


And life goes on with entirely different story, until now.

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Amusing Random Things